Ketika Semua Berubah

Jam dinding kembali berdentang, kali ini waktu menunjukkan tepat pukul 13.00. Reza sosok yang dari tadi ku tunggu belum juga datang. Hatiku gelisah, ku coba menghubunginya namun tak ada jawaban.
Sudah setengah jam aku menunggunya disini. Pukul 13.30 nanti aku sudah harus tiba di bandara. Ya, aku mau pergi tepatnya pergi keluar negeri. Penyakit yang menyerang ku saat ini yang mengharuskan aku meninggalkan orang-orang yang ku sayang.
Berat untukku meninggalkan mereka, apalagi Reza. Dia adalah sosok yang selalu ada untukku. Dia sahabat terbaikku, kami sering menghabiskan waktu bersama.
Ku rasa Reza tak akan datang menemuiku, ku putuskan untuk meninggalkan tempat ini dan bergegas ke bandara.

***
Ku kemudikan motorku secepat mungkin. Sambil sesekali kupandangi jam di tangan ku. Sesaat ku teringat akan jam ini. Jam ini di berikan oleh Lyla beberapa bulan yang lalu sebelum ia di vonis mengidap penyakit kanker.
Akhirnya aku tiba ditempat dimana aku membuat janji dengan Lyla. Ku tatapkan mataku ke seluruh sudut ruangan itu. Tak terlihat ku sosok Lyla di tempat itu. “Pasti Lyla sudah pergi.. Arrgh, begok banget sih lo Za pake acara telat.” Batinku dalam hati sambil sedikit ku hempaskan jari jemariku kemeja di hadapanku.
Kembali ku kendarai motor ku. Ku gas secepat kilat menuju bandara. “Mudah-mudahan Lyla belum berangkat..” harap ku.

***
“Ayo nak masuk, ntar pesawatnya keburu take off loh.”
Tak ku pedulikan ucapan Ibunda ku, masih saja aku menunggu Reza.
“Sebentar lagi ya Bun, aku masih mau nunggu seseorang.” Jawabku sambil celingak celinguk mencari sosok Reza
“Nunggu siapa lagi sih, ya udah deh ntar kalo udah ketemu buruan masuk yaa..”

***
“Pak, numpang nanya. Penerbagan ke Singapur udah berangkat belom ya??” tanyaku pada seorang security.
“Belom nak, itu masih ada yang menunggu..” jawabnya sambil menunjuk ke arah dimana yang ternyata ada Lyla disitu.
“Lylaa, Lyyll..” sapaku sambil melambaikan tangan kanan ku.
Lyla membalas lambaian tanganku, segera aku berlari menujunya. Dan seketika itu juga ku peluk dia seerat mungkin. Tiba-tiba terngiang di kepalaku akan kata-katanya kemarin.
Operasi yg akan dilakukan nya tak menjamin dia bisa sembuh. 20% kemungkinan operasi ini akan gagal dan artinya Lyla harus pergi selamanya meninggalkanku. Namun itulah resiko yang harus ditanggung. Ku hanya mampu berdoa untuk sahabat yang sangat ku sayangi ini.
Ku rasakan hangatnya pelukan ini. “Ku harap ini bukan pelukan terakhir ya Tuhan” ucap ku dalam hati sambil ku pererat pelukan itu.
Lagi lagi terdengar panggilan untuk para penumpang, dengan berat hati ku lepas pelukan kami. Ternyata air mata Lyla telah membasahi pundakku. Ku rasakan juga kesedihannya. Dengan perasaan penuh ke khawatiran akannya ku coba merelakannya pergi.
“Lyla, doaku selalu menyertaimu teman” gumamku dalam hati.
Seiring dengan kepergiannya, ku langkahkan kakiku menuju luar bandara. Aku pulang dengan perasaan yang kacau balau.

****
Dua bulan sudah Lyla menjalani perawatan intensif di Singapura. Ia begitu merindukan sosok sahabatnya yaitu Reza. Begitu juga dengan Reza dua bulan lamanya ia menjalani hari-harinya dengan kelabu, tanpa sahabat yang sangat ia cintai.
Hari ini hari terakhir ia di rawat, itu artinya besok dia akan kembali ke Indonesia. Selama di Singapur, ia merasa banyak keajaiban yang luar biasa. Sampai-sampai ia tak percaya kalaulah ia masih hidup hingga detik ini.
Lyla dan keluarganya sibuk membereskan barang. Sebelum pulang ia menyempatkan diri untuk berkeliling dan mencari beberapa souvenir untuk kerabat-kerabatnya di Indonesia. Meski ia pergi dengan dituntun kursi roda, itu sama sekali tak mengahalangi niatnya.
Sementara itu di Indonesia, Reza sibuk menyiapkan surprise untuk Lyla. Reza di bantu dengan beberapa teman dekatnya yaitu Ilham, Dicky, Rangga, Morgan, Bisma dan tak lupa juga Rafael kakak dari Lyla membantu membuat surprise untuk adik tercintanya.

***
“Hmm, lama banget sih paginya. Sumpah deh gak sabar mau ketemu Lyla. Lylaa miss you..” ucapku pada diri sendiri.
Malam itu cukup dingin, karena hujan baru saja turun. Rasa rinduku pada Lyla sudah tak dapat di bendung lagi. Ku pandangi foto-foto ku bersama Lyla yang ku pajang di setiap sudut kamarku. Hingga mata ku tertuju pada foto yang diambil kira-kira pada saat usia kami 10tahun.
Masih teringat jelas dalam fikiranku betapa indahnya hari itu. Dimana kami hanya menghabiskan waktu berdua seharian. Sebenarnya kami sering menghabiskan waktu berdua, cuma saja kejadaian waktu itu lebih bermakna.
Konyol memang kelihatannya persahabatan kami. Banyak orang yang tak percaya kalau kami bersahabat. Ya tentu saja banyak orang yang tak percaya, kami sangat amat sering berdua. Jujur saja, aku sebenarnya menyimpan rasa pada Lyla.
Sudah lebih dari dua kali aku mengungkapkan semua ini pada Lyla, namun ia selalu menanggapinya dengan bercanda. Ia menganggap aku tidak serius, ya mungkin karena aku sendiri sering mengatakn I Love you padanya.
Kali ini aku sudah bertekad, besok pada saat memberi surprise aku akan mengatakan segala unek-unek ku ini. Ku harap Lyla mengerti.

****
Pagi pun tiba, pesawat Lyla sudah take off dari setengah jam yang lalu. Reza beserta rombongan sudah berkumpul dirumah Lyla, mempersiapkan semuanya. Rafael pergi kebandara sendiri untuk menjemput adiknya.
Semua persiapan telah selesai di kerjakan, mereka hanya tinggal menunggu kehadiran Lyla. Reza sebagai komandan pada acara itu mengomandoi semua nya dan menyusun strategi membuat Lyla benar-benar kaget dengan semua ini.
Reza baru saja menerima telepon dari Rafael, kakak satu-satunya Lyla itu mengatakan kalau mereka sedang dalam perjalanan kerumah. Tak lama kemudian mereka pun tiba.
Dan “tarrrrraaaaaaaaaaaaa…………… welcome Lyla” mereka semua kompak menyerukan kata –kata itu. Tampak ekspresi kaget, haru, bahagia semuanya bercampur aduk di wajah Lyla. Satu lagi kejutan untuk Lyla yang special dibuat Reza untuknya.
“Lyla.. di sini gue mau ngomong sesuatu ke lo di hadapan mereka semua. Kali ini gue serius, inget serius!” ucap Reza di iringi senyum khas di bibirnya.
“Kita kan udah lamaa bangeet deket, kita juga sahabatan. Nah, selama kita sahabatan itu makin lama gue makin ngerasain hal yang beda. Gue sayang lo, tapi bukan cuma sekedar sayang sebagai sahabat. Begitu juga cinta gue. Gue gak bisa terus-terusan ngebohongi perasaan gue. Hmmm, lo mau gak jadi pacar gue??” ucap Reza panjang lebar.
Di penghujung katanya Reza tertunduk, mungkin ia malu. Apalagi ia mengungkapkan semuanya di depan orang banyak. Termasuk juga orang tua nya dan orang tua Lyla. Lyla hanya mampu menahan bahagianya, kepalanya tertunduk. Mungkin ia sedang memikirkan sebuah jawaban yang pasti.
“Udah lah, terima aja Laaa.. kita semua ngedukung lo dan Reza kok.. ya gak ya gak” celetuk Bisma tanpa ragu.
“Terima Laaa, kakak selalu support kamu kok..” sambung Rafael sambil menyunggingkan sebuah senyum termanis di bibirnya yang super seksi.
“Hmm, jujur ya. Sebenernya aku juga udah lama punya rasa kayak gitu juga ke kamu. Tapi aku masih ragu.” Jawab Lyla dengan sedikit gugup. Mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Lyla, Reza tampak sedikit kecewa.
“Tapi kayaknya sekarang aku udah gak ragu lagi kok, aku mau jadi pacar kamu Jaajaaaa” sambung Lyla lagi dengan wajah super bahagia dan sembari memeluk Reza.
Reza berbalik membalas pelukan itu, tak kalah eratnya. Hingga pelukan itu terlepas karena sindiran dari Ilham dan Rangga “Ehem ehem, udah dong peluk peluk nya.. envy niiih”. Semua tertawa kecuali Morgan. Ia hanya tersenyum penuh kekecewaan.
Morgan sebenarnya juga menyimpan rasa pada Lyla, namun hanya saja keberaniannya belum terkumpul seutuhnya. Hingga akhirnya ia harus mengalah dari Reza.

****
Tiga bulan setelah kejadian itu pada awalnya semua berjalan biasa saja, namun ternyata saat sedang ada kumpul-kumpul tiba-tiba saja Lyla jatuh pingsan. Reza amat khawatir, iya heran. Bukannya Lyla sudah sembuh, kenapa ini terulang, gumam Reza.
Tak henti-hentinya Reza bolak-balik di depan pintu ruangan dimana Lyla dirawat. Dokter sedang memeriksanya. Kini sebuah rahasia telah terungkap. Ternyata selama menjalani perawatan di Singapur Lyla belum sembuh total, karena memang penyakitnya tidak bisa disembuhkan lagi.
Dokter memvonis umur Lyla tidaklah lama lagi. Reza kaget dengan semua ini. ia kecewa pada keluarga Lyla yang tak pernah memberitahunya tentang hal ini.
Reza terpaksa pulang dari rumah sakit, karena banyak tugas menantinya. Pikirannya sangat kacau, ia masih tak bisa terima dengan kenyataan ini. Hingga pada saat ia mengendarai sepeda motornya ia hilang kendali. Dan braaaakkkk….. Reza menabrak sebuah truk yang sedang terparkir.
Pada saat itu juga perasaan yang tidak enak menikam hati Lyla. Terang saja, Reza mengalami luka yang cukup parah. Hatinya remuk karena terhantam sepeda motornya sendiri. Dokter memvonis Reza tak akan bertahan lama jika dalam waktu dua kali 24jam ia tak mendapat donor hati.
Kabar itu pun sampai ketelinga Lyla. Dengan cepat ia menegaskan pada orang tuanya dan dokter “Ayah, Bunda, Lyla ingin mendonorkan hati Lyla. Gak ada yang boleh komen. Lyla rasa ini jauh lebih baik dari pada Lyla harus menunggu. Maafkan Lyla Yah Bun.” Kata-kata itu mebuat Ayah dan Bundanya tersontak kaget.
Operasi pun dilaksanakan sesaat setelah Lyla melihat Reza untuk yang terakhir kalinya. Ia pandangi wajah lelaki yang sangat ia cintai itu dengan seksama. Air mata membanjiri mata Lyla. Dengan lembut ia sentuhkan tanganya di wajah Reza.terucap kata-kata terakhir untuk Reza “I Love you Rezaa, aku sayang kamu siomay..” itulh kalimat terakhir yang terucap di hadapan Reza langsung. Tangis haru dari ibunda Lyla maupun Reza mengalir deras.
Bisma, Rangga, Ilham, Morgan, Dicky dan juga Rafael turut hanyut dalam suasana yang cukup mencekam itu. Bahkan seorang Bisma yang dengan bangganya sering menyebut dirinya bukan anak yang cengeng, menitikan air mata. Ia tak kuasa melihat keadaan kedua sahabatnya ini. Begitu juga Morgan, ia sangat terpukul. Tak jauh berbeda dengan Dicky, ia menangis sembari memeluk sebuah boneka stitch pemberian dari Lyla.
Lyla sudah memasuki ruang operasi, namun sebelum itu ia menitipkan setangkai mawar merah yang disertai puisi karyanya. Ia juga sempat berpesan kepada orang-orang terdekatnya untuk tetap tabah, dan selalu mendukung Reza. Sempat terlontar sebuah senyum untuk orang-orang disekitarnya sebelum ia memasuki ruangan operasi.
Satu jam, dua jam berlalu. Dan pada jam ketiga operasa berhasil dilakukan. Dokter keluar dengan membawa berita yang tak begitu mengagetkan karena Lyla sudah berpesan tadi. Untuk tidak menitikan air mata saat mendengar berita itu.
Namun siapa yang kuasa menahan kesedihan seperti ini. Isak tangis haru mengalir di lorong itu. Semua orang yang berada disitu menitikan air mata, tanpa terkecuali. Dokter tak mau bergerak lambat, dengan cepat dokter melakukan operasi terhadap Reza. Operasi dilakukan sesaat setelah prosesi pemakaman Lyla usai.
Akhirnya Reza berhasil selamat. Saat pertama kali ia mengucapkan kata, kata yang terucap ialah seruan nama Lyla. Ia mencari sosok Lyla di sekelilingnya, tapi tak ditemukannya. Reza amat kaget begitu mendengar hal tersebut. Seketika ia melihat kebahagian perutnya. Ingin rasanya ia mengeluarkan organ itu lagi dan mengembalikannnya pada Lyla. Namun apa lah daya nasi sudah menjadi bubur. Sontak Reza berteriak sekencang-kencangnya menyerukan nama Lyla saat itu juga. “Lyyyllllaaaaaaaaaaaaa……………….”

****
Sebulan setelah kejadian mengharukan yang sangat pilu itu terjadi, Reza mencoba untuk tegar. Satu persatu aktivitasnya mulai ia lakukan kembali. Seminggu sekali ia berziarah kemakam kekasih tersayangnya itu.
Dan setiap kali berziarah Reza selalu membacakan puisi terakhir Lyla. Bait demi bait yang ia baca selalu mendatangkan air mata. Setangkai mawar pun selalu ia bawa stiap kali akan berziarah.
Ketika semua berubah menjadi sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya apalagi sesuatu itu merupakan kesedihan mungkin tak semua orang mampu menerima kenyataan tersebut. Namun Reza termasuk sosok yang tegar, ia tetap mampu berdiri walau sekalipun ia harus kehilangan seseorang terkasihnya.
Diberdayakan oleh Blogger.